Upacara ini dianggap sakral dan
diperuntukan bagi anak anak yang mulai beranjak dewasa, dimana bagi anak
perempuan yang telah datang bulan atau mensturasi, sedangkan bagi anak laki
laki telah memasuki masa akil baliq atau suaranya telah berubah, dengan upacara
ini juga anak anak dihantarkan ke suatu kehidupan yang mendewasakan diri mereka
yang di sebut juga niskala.
Adapun 6 sifat buruk dalam diri
manusia atau disebut juga sad ripu yang harus dibersihkan tersebut
adalah:
- Hawa nafsu
- Rakus/Tamak/keserakahan
- Angkara murka/kemarahan
- Mabuk membutakan pikiran
- Perasaan bingung
- Iri hati/ dengki
Dari semua sifat yang ada ini, bila
tidak dikendalikan dapat mengakibatkan hal hal yang tidak
baik/diinginkan, juga bisa merugikan dan membahayakan bagi anak anak yang akan
beranjak dewasa kelak dikemudian hari. Oleh karena itu kewajiban bagi setiap
orang tua untuk dapat memberi nasehat, bimbingan serta permohonan doa kepada
Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha ) agar anak mereka terhindar dari 6 pengaruh sifat
buruk yang sudah ada sejak manusia di lahirkan di dunia.
Kegiatan saat upacara
- Pendeta atau orang yang terhormat dalam upacara ini minta restu di tempat suci, lalu anak anak atau remaja yang akan melaksanakan potong gigi dipercikan air suci/tirta, setelah itu mereka memohon keselamatan untuk melaksanakan upacara.
- Pendeta melakukan potong rambut dan menuliskan lambang lambang suci dengan tujuan mensucikan diri serta menandai adanya peningkatan status sebagai manusia, untuk meninggalkan masa kanak kanak ke masa remaja.
- Anak anak yang akan di potong giginya naik ke bale tempat pelaksaaan Mepandes dengan terlebih dahulu menginjak sesajen yang telah disediakan sebagai symbol mohon kekuatan kepada Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa).
- Setelah pemotongan gigi berlangsung, bekas air kumur kumur dibuang di dalam buah kelapa gading, ini bertujuan agar tidak mengurangi nilai kebersihan dan kesakralan dalam menjalankan upacara ini.
- Lalu dilanjutkan dengan melakukan penyucian diri oleh pendeta agar dapat menghilangkan bala/kesialan untuk menyongsong kehidupan masa remaja.
- Melaksanakan Mapedamel yang bertujuan sebagai symbol restu dari Dewa Semara dan Dewi Ratih agar dalam kehidupan masa remaja dan seterusnya menjadi orang yang bijaksana, dalam mengarungii kehidupan di masa datang. Di saat melakukan upacara ini anak anak mengenakan kain putih dan kuning, memakai benang pawitra berwarna tridatu (merah, putih dan hitam) sebagai simbol pengikat diri terhadap norma norma agama, kemudian anak anak yang dipotong giginya mencicipi 6 rasa (pahit, asam, pedas, sepat, asin dan manis) yang mempunyai arti dan makna makna tertentu.
- Setelah proses mapedamel dilakukan, dilanjutkan dengan upacara Natab Banten, yang bertujuan memohon anugerah kepada Hyang Widhi agar apa yang menjadi tujuan dapat tercapai.
- Setelah proses upacara tersebut dilakukan dilanjutkan dengan Metapak, tujuan adalah memberitahukan kepada anak nya bahwa kewajiban sebagai orang tua dari melahirkan, mengasuh dan membimbing sudah selesai, diharapkan sang anak kelak setelah upacara ini menjadi orang yang berguna, sebaliknya si anak kepada orang tua nya menghaturkan sembah sujud ungkapan terima kasih sudah dengan susah payah berkorban jiwa dan raga untuk melahirkan mereka, mengasuh, membesarkan, mendidik dan membimbing mereka menuju jalan yang baik dan benar sampai dewasa. (Ida Pandita Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi)
Dari serangkaian upacara diatas
dapat kita pahami bahwa dalam diri setiap manusia sejak mereka dilahirkan sudah
terdapat sifat yang tidak baik, dengan melakukan upacara Mepandes ini
anak yang sudah dewasa diingatkan dan diajarkan untuk tidak terjerumus dalam
perbuatan yang dilarang agama dan bisa menjadi manusia yang berguna bagi diri
sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa.
Sumber : http://www.wisatadewata.com/article/adat-kebudayaan/upacara-potong-gigi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar