Kamis, 03 Juli 2014

Upacara Megedong Gedongan

Upacara Megedong Gedongan adalah upacara yang dilakukan untuk penyucian bayi yang masih ada dalam kandungan ibunya. Upacara ini merupakan tradisi adat istiadat yang terus dilakukan secara turun temurun oleh umat Hindu di Bali.

Megedong Gedonganini dilakukan pada saat bayi dalam kandungan berumur 6 bulan (210 hari), karena wujud bayi sudah dianggap sempurna/lengkap pada usia itu. Disisi lain untuk memperkuat posisi bayi di dalam kandungan agar tidak terjadi abortus/keguguran, lalu secara jasmani upacara Megedong Gedongan ini dilakukan, agar sang bayi menjadi kuat pada saat dilahirkan dan kelak menjadi orang yang berbudi luhur, berbakti pada orang tua, berguna bagi keluarga, masyarakat dan bangsa, sedangkan untuk ibunya sendiri sebagai doa permohonan keselamatan kepada Hyang Whidi ( Yuhan Yang Maha Esa) agar si ibu sehat, selamat pada saat waktu melakukan persalinan/melahirkan.

Kata Megedong Gedongan berasal dari kata gendongan yang bermakna kandungan. Dalam melaksanakan upacara Megedong Gedongan ini menggunakan filsafat agama Hindu dengan cara perhitungan angka samkhya yaitu dari angka 210 menjadi hitungan 2+1=3 yang artinya Tri Angga yaitu Suksma Sasira, Antakarana, Stula Sasira dihari itu ke tiga unsur telah menyatu menjadi bayi dan saatnya untuk penyucian dan berharap roh yang akan berenkarnasi betul betul roh yang suci.

Sementara untuk ibunya sendiri dengan diadakannya Upacara Megedong Gedongan ini, bertujuan mendapatkan dukungan kejiwaan seperti merasa aman, ketenangan juga merasa mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari pihak keluarga, karena ibu yang hamil belum mempunyai pengalaman dalam hal melahirkan. Oleh sebab itu sehari sebelum Megedong Gedongan ini dilaksanakan dharma tula yaitu pemberian nasehat bahwa melahirkan itu adalah kobrat sebagai seorang ibu, juga disarankan untuk menbaca buku ilmu pengetahuan, buku ilmu agama dan mendekatkan diri dengan Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa), menghindari diri dari penglihatan dan pendengaran yang bersifat negatif/buruk, karena itu semua dapat mempengaruhi kehidupan bayi dikemudian hari.
Simbol dan keperluan yang disediakan saat upacara:
  1. Dibuat bentuk bangunan yang terbuat dari daun kelapa muda/janur yang berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran 30 cm memiliki pintu, dan diisi seperangkat alat sesajen, bermakna gedung diumpamakan sebagai kandungan ibu tepat bayi sebelum lahir.
  2. Nasi menyerupai bayi dibungkus dengan daun sente berisi bawang, jahe, garam dan lampu, simbol seorang bayi yang sedang terbungkus plasenta(ari-ari), memiliki kekuatan asuri sanpad (Sang Bhita Anggara) yang sedang menguasai kandungan, bawang, jahe, garam dan lidi sebagai simbol Tri Guna bermakna sebagai kekuatan rajas, tamas dan kekuatan satwam (Dharma), lampu symbol Sang Hyang Atma sebagai kekuatan surya candra/widia yang memberikan kekuatan kepada ibu dan bayinya  sehingga bisa menetralisir kekuatan Bhuta Anggara dan saat melahirkan bisa selamat, lidi symbol permohonan kepada agar diberikan keselamatan.
  3. Sebuah Sabit symbol Ardha Candra (bulan sabit) memiliki makna memohon penyucian mendapatkan kekuatan Hyang Siwa, yang memberikan kekuatan kepada air di sungai dengan sebutan Sang Hyang Catur Gangga.
Ada tingkatan dalam upacara Magedong Gedongan yaitu : nista, madia dan utama, semua ini tergantung dari kemampuan ekomoni yang melaksanakannya.
Tata cara upacara Megedong Gedongan diawali dengan upacara melukat di “kelebutan”  di tepi sungai tempat dimana sumber air alami yang dianggap suci. Setelah itu dilanjutkan dengan melukat di gria yang pimpin oleh Sulinggih (Ida Pendanda/orang yang dihormati mengerti agama). Pada sore harinya upacara Megedong Gedongan dilaksanakan di rumah dan dipimpin oleh seorang Pemangku.
Pada upacara terakhir pasangan suami istri akan duduk berdampingan untuk mendengarkan (kidung suci), petuah dan nasehat yang berisi tentang larangan dan juga saran untuk pasangan suami istri.
Upacara Megedong Gedongan termasuk dalam Manusa Yadnya. Agama Hindu di Bali tak bisa lepas dari upacara atau disebutYadnya. Yadnya terdiri dari 5 macam yang biasa dikenal Panca Yadnya yaitu :
  • Manusa Yadnya: Upacara suci yang dilakukan pada manusia.
  • Pitra Yadnya: Upacara suci yang dipersembahkan kepada roh leluhur.
  • Rsi Yadnya: Upacara suci yang dilakukan untuk para orang suci umat Hindu.
  • Bhuta Yadnya: Upacara suci yang dilakukan untuk menyucikan alam beserta isinya.
  • Dewa Yadnya: Upacara suci yang dipersembahkan untuk para dewa atau Sang Hyang Widhi.
Selain upacara Megedong Gedongan upacara yang termasuk Manusa Yadnya : Otonan, Tiga Bulanan, Metatah (potong gigi) dan Pawiwahan (pernikahan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar