Rabu, 17 April 2019

Sira Ida Brahmana Wayan Petung Gading

Untuk memahami secara jelas siapa sebenarnya Ida Brahmana Wayan Petung Gading,  perlu kiranya digunakan metoda yang mempertimbangkan sumber, sifat dan karakter Babad pada umumnya.
Dalam hal ini tentunya terikat pada sumber informasi/babad/prasasti yang ada dan menjadi bagian dari kehidupan prati sentananya. Yakni Prasasti Dalem Kembar Wijiling Watu, yang berada di Grya Satrya, Denpasar dan Prasasti Dalem Kembar Wijiling Watu milik Bp. Gde Arka di Belayu. Juga tidak kalah pentingnya adalah mengambil informasi pembanding dari Babad-babad lain seperti;
Purana Pura Pucak Kembar, Pacung, Baturiti (milik Bp. Kt. Sudharsana, Br. Basang Tamiang, Kapal) kemudian juga Purana Pura Pucak Batu Kuwub (milik Bp. I Gst. Kt. Putra, Br. Umadiwang, Belayu), Prasasti Pura Sada Kapal (milik Bp. I Kt. Sudharsana, Br. Basang Tamiang, Kapal) , Babad Dalem Ireng (milik Bp. I Kt. Sudharsana, Br. Basang Tamiang, Kapal) yang telah terkumpul. Selain beberapa prasasti/purana/babad yang tertuang di atas, sebetulnya masih banyak lagi sumber prasasti/purana/babad yang mengisahkan kebesaran ceritera tentang Dalem Kembar. Namun oleh karena keaslian sumbernya tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka bahan-bahan tersebut hanya digunakan sebagai pelengkap. Diantaranya; salinan prasasti Dalem Kembar, Dalem Putih Dalem Ireng versi Bp. Drs. I Kt. Rania, Jembrana.
            Berdasarkan uraian Pasametonan di atas sebagaimana terulas dalam Pabancangah Puri Keramas, telah jelas tersiratkan bahwa “Penerima” dari kedatangan rombongan Pengungsian keluarga I Gusti Agung Pt Agung ke Jimbaran adalah Ida Brahmana Wayan Petung Gading. Ida Brahmana Wayan Petung Gading sebagai penguasa Jimbaran.
Berdasarkan Prasasti yang ada di Grya Satrya (salinan Gde Nym. Pen, Br. Umadiwang Belayu) dan sesuai dengan Prasasti yang ada di Blayu, kemudian diperbandingkan dengan yang ada pada Babad/prasasti/purana lain, dapat diketahui bahwa Ida Brahmana Wayan Petung Gading adalah putra dari Dalem Petak Jingga. Sedangkan Dalem Petak Jingga adalah keturunan dari Dalem Putih Jimbaran.
            Ida Brahmana Wayan Petung Gading dalam pemuatan tulisan prasasti tersebut di atas, di tuliskan sebagai generasi terbawah. Sehingga dapat diperkirakan bahwa penulisan Prasasti Penguger yang ada di Grya Satrya adalah pada fase Ida Brahmana Wayan Petung Gading. Ida Brahmana Wayan Petung Gading disebutkan pula sebagai putra angkat yang berasal dari kalangan Brahmana dari Jawa. Putrinya bernama I Dewa Ayu Mas Jimbaran dinikahkan dengan I Gusti Agung Putu Agung (I Gusti Agung Maruti II). 
Dengan pertimbangan pemikiran sederhana,  diperkirakan usia Ida Brahmana Wayan Petung Gading pada level orang tua I Gusti Agung Putu Agung, yakni I Gusti Agung Maruti yang telah meninggal sebagai ksatria di Cedokan Oga. (lihat diagram silsilah)
Yang mesti mendapat catatan dalam kisah pengorbanan Ida Brahmana Wayan Petung Gading terhadap I Gusti Agung Putu Agung/I Gst. Agung Maruti II adalah pada 3 (tiga) aspek pokok, yakni;
-         Aspek Pura.
o       Konsekwensi dari pasametonan yang mengharuskan di rombaknya pura hulun penyiwian Kawitan sebelum kedatangan  I Gusti Agung Putu Agung dengan setelah direnovasinya menjadi 2 rong. Rong sebelah Selatan untuk sepenerus keturunan Ida Brahmana Wayan Petung Gading, sedangkan Rong Utara untuk sapenerus keturunan Kerajaan Mengwi.
o       Penyerahan pengurusan beberapa pura lain seperti Pura Dalem Balangan dan Pura Dalem Konco, Pura Dalem Setra, Pura Ulun Siwi, Pura Padukuhan termasuk Pengelolaan Pamerajan. Demikian pula hak yang mengimbangi kewajibannya, dalam bentuk pelaba yang ada. Semuanya terbagi, sebagai wujud kebersamaan/keluarga.
o       Pura Prasidha di Kuta tempat moksahnya Ida Dalem Petak berada di wilayah kekuasaan Jro Ksatrya Dalem, Kuta.
o       Pura Parerepan Ida I Dewa Ayu Mas Jimbaran, penyungsungnya hingga kini hanya keturunan paperasan Ida, keterlibatan kelompok keluarga yang lain belum terbuka.

-         Aspek Puri.
o       Terkurung oleh bagian keluarga pendatang, bahkan dalam jumlah yang lebih dominan. Akhirnya berdampak kepada situasi ketidaksetaraan komunikasi.
o       Terbatasnya kesempatan untuk pengembangan perluasan pembangunan sebagaimana pembagian lahan, membuka peluang keturunan lain tidak berminat lagi untuk tinggal di dalam Puri.
o       Kondisi kemampuan menurunkan keturunan yang terbatas, menjadikan tatanan silsilah dalam Puri menjadi rancu.
o       Begitu besar pengorbanan yang di serahkan oleh Ida Bhrahmana Wayan Petung Gading kepada I Gusti Agung Putu Agung dan rombongannya. Tindakan ini membuktikan secara tegas, bahwa kadar kejiwaan Ida Brahmana Wayan Petung Gading yang di sebutkan sebagai seorang Brahmana. Ia yang bersikap bijak, welas asih dan teguh menjalankan Dharma. Brahmana yang sesungguhnya!
Sebagaimana terungkap dalam penjelasan pada kisah kepergian I Gusti Agung Putu Agung dari Jimbaran ke Kapal dan akhirnya kembali lagi ke Jimbaran, tidak pernah termuatkan tentang certitera istri dan anaknya I Gusti Gd Jimbaran di daerah Lumintang, di wilayah pemberian dari penguasa Badung (Arya Tegeh Kori). Namun dalam kenyataannya kini kita temukan Pura Penyungsungan Dewa Ayu Mas Jimbaran, yang diempon oleh putra paperasan Ida. Juga keturunan dari I Gusti Gd Jimbaran ternyata ada di tempat lain yaitu di Penebel, Tabanan. Ini mengindikasikan bahwa putri dari Ida Brahmana Wayan Petung Gading, yakni I Dewa Ayu Mas Jimbaran, kembali lagi ke Jimbaran (mulih Daha). Status hak mulih Daha adalah sah sebagai bahagian dari keluarga keturunan Ida Brahmana Wayan Petung Gading. 
o       Mempertimbangkan akan kewajiban seorang wanita di Bali yang cenderung paham secara detil pelaksanaan yadnya yang dilakukan di dalam keluarga asalnya, maka dapat diperkirakan keputusan Ida I Dewa Ayu Mas Jimbaran kembali ke Jimbaran yaitu juga bermaksud untuk mendukung tetap ajegnya tatanan sebagaimana tata atur yang sejak ditetapkan oleh Ida Dalem Putih Jimbaran.
o        Untuk mendukung keinginannya itu Ida I Dewa Ayu Mas Jimbaran mengangkat putra paperasan dari trah asli pendukung kerajaan Jimbaran sebelum kedatangan I Gusti Agung Putu Agung yakni trah; Pasek Kemoning, Gel-gel, Pempatan  dan Arya Pinatih dalam mengemban tugas-tugas yang dititahkan Ida I Dewa Ayu Mas Jimbaran, untuk merawat tatanan yadnya di wilayah Jimbaran sebagaimana yang digariskan oleh Ida Dalem Putih Jimbaran.
Aspek Purana.
o       Dengan adanya keputusan untuk menerima rombongan pelarian I Gusti Agung Putu Agung ke wawengkon Jimbaran,  muncullah Bhisama Raja Bali I Dewa Agung Jambe. Tindak lanjut dari Bhisama seorang Raja Bali kala itu, tentulah harus diikuti oleh siapapun juga. Akhirnya sebagai langkah lanjutan dari adanya Bhisama tersebut, dibuatlah prasasti/Babad Dalem Kembar Wijiling Watu sebagai lelintihan baru untuk sepenerus keturunannya. Dengan gaya bahasa sastra yang menakjubkan, dan dengan pendekatan-pendekatan yang tidak menyimpang dari pakem yang telah ada, selanjutnya dipergunakan oleh pratisentananya sebagai identitas keluarga. Prasasti ini pula sebagai bahan dasar penjelasan dalam pemahaman pengetahuan tentang asal-usul mereka. Kewajiban perubahan Aspek Purana ini pula seolah menjadi titik tolak trah baru yang berhulu di Jimbaran. Penulisannya pun tentu telah mempertimbangkan masalah keamanan dari penerus keturunannya. Artinya, atas kejadian kedatangan rombongan I Gusti Agung Putu Agung tersebut, menjadikan Ida Brahmana Wayan Petung Gading mengubah, menyembunyikan, dan hal-hal lain yang dipandang perlu sebagai ceritera purana/prasasti yang wajib di miliki oleh setiap keturunan. Dalam penulisan prasasti tersebut hal-hal yang berintikan kewajiban mutlak sebagaimana yang telah beliau warisi tetap tergariskan dalam prasasti. Oleh sebab itulah Prasasti Grya Satrya tetap menegaskan dengan menyatakan pantangan kepada seluruh keturunan Ida Dalem Putih Jimbaran untuk;
§         Memakan daging /menyakiti hewan kidang
§         Memakan embung/menistakan bambu petung gading.
o       Penekanan dalam alur cerita Prasasti Dalem Kembar Wijiling Watu di Grya Satrya dan Belayu maupun babad-babad lainnya dengan tegas menyatakan bahwa Ida Brahmana Wayan Petung Gading adalah penerus keturunan dari Ida Dalem Putih Jimbaran. Sedangkan penjelasan  yang didapat tentang siapa yang dimaksud dan dimana pula keturunan Ida Dalem Ireng, hanya dimuat sekilas. Namun dengan penegasan sedemikian rupa, memudahkan kita untuk memahami kesujatian Ida Dalem Putih Jimbaran, tidak dengan cara memilih salah satu diantara ke duanya.
o       Adanya tulisan tentang Prasasti Dalem Kembar Wijiling Watu dengan penekanan “Grya Satrya”, adalah prasasti sah milik trah Ida Dalem Putih Jimbaran yang sedari awalnya tersimpan di gedong pamerajan sebelah selatan di Puri Pesalakan, Jimbaran. Namun oleh karena situasi komunikasi antara keluarga yang ada di Puri Pesalakan dengan keluarga penyungsung Pura Dewa Ayu Mas Jimbaran di Jimbaran mengalami hambatan, maka terjadilah suatu kejadian yang mengakibatkan dipindahkannya isi prasasti yang terbuat dari bahan “slaka” terdiri dari 9 lembar tersebut ke Grya Satrya kembali. Semenjak kejadian tersebut hingga kini isi prasasti tersebut tetap ada dan terawat secara baik oleh pengemponnya putra paperasan Ida I Dewa Ayu Mas Jimbarn yaitu; trah Pasek Kemoning, Pempatan, Gelgel dan Arya Pinatih. Terhadap Prasasti ini telah pula dilakukan pembacaan, dan penyalinan. Beberapa kali diantaranya diprakarsai oleh keluarga dari Belayu. Sedangkan kotak asli pesimpen prasasti tersebut masih berada di Merajan Rumah Pesalakan yang sebelah Selatan. 
 
Sumber :  http://pratisentanadalempetakjimbaran.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar