Dalam
situasi seperti itu secara otomatis seluruh perangkat struktur kerajaan
I Gusti Agung Maruti yang masih hidup secara serentak menyelamatkan
diri. Putra-putri beliau, yakni I Gusti Agung Putu Agung, I Gusti Agung
Anom dan I Gusti Ayu Made Ratih bersama saudara tirinya; Bendesa
Prawangsa, Bendesa Kedeh dan Bendesa Miber, demikian pula saudara
sepupunya bernama I Gusti Agung Putu Kaler Pacekan dan
panjak-panjak/rakyatnya yang setia dengan total jumlah berkisar
1200-1600 orang, menuju arah barat hingga tiba di wilayah Jimbaran.
Sesampai
di Jimbaran rombongan pengungsian keluarga I Gusti Agung Putu Agung
yang sering di sebut dengan I Gusti Agung Maruti II (karo) diterima oleh
Ida Brahmana Wayan Petung Gading, penguasa Jimbaran keturunan Dalem
Putih Jimbaran. Ida Brahmana Wayan Petung Gading purinya di sebelah
Timur jalan, sisi Tenggara (kelod kangin) Pura Ulun Siwi.
Dengan diterimanya rombongan pengungsian keluarga I Gusti Agung Pt Agung bersama 1200-1600 orang pengikutnya di Jimbaran, sudah barang tentu segala pertanggungjawaban keamanan dan kelangsungan hidupnya menjadi tanggung jawab dari penguasa wilayah Jimbaran. Mulai saat itu dapatlah dimulai kehidupan rombongan pengungsian kembali kepada kehidupan baru, dengan mulainya dibuat sarana pawongan berupa tempat-tempat tinggal beserta kelengkapan parhyangannya sebagaimana yang ditunjukkan Ida Brahmana Wayan Petung Gading. Selama tinggal di Jimbaran, I Gusti Agung Putu Agung/I Gusti Agung Maruti II senantiasa mohon keselamatan di Pura Ulun Siwi.
Dengan diterimanya rombongan pengungsian keluarga I Gusti Agung Pt Agung bersama 1200-1600 orang pengikutnya di Jimbaran, sudah barang tentu segala pertanggungjawaban keamanan dan kelangsungan hidupnya menjadi tanggung jawab dari penguasa wilayah Jimbaran. Mulai saat itu dapatlah dimulai kehidupan rombongan pengungsian kembali kepada kehidupan baru, dengan mulainya dibuat sarana pawongan berupa tempat-tempat tinggal beserta kelengkapan parhyangannya sebagaimana yang ditunjukkan Ida Brahmana Wayan Petung Gading. Selama tinggal di Jimbaran, I Gusti Agung Putu Agung/I Gusti Agung Maruti II senantiasa mohon keselamatan di Pura Ulun Siwi.
Berkisar
setahun masa pengungsian, tersebarlah isu di Jimbaran, bahwa laskar
Gel-gel akan menyerang Jimbaran. Di pihak lain, di wilayah Gel-gel
tersebar isu bahwa pasukan putra-putra I Gusti Agung Maruti akan
kembali menyerang Gel-gel menuntut balas kematian orang tuanya. Pada
masa itu rakyat Bali semua dalam keadaan resah terlebih warga Jimbaran,
utamanya warga rombongan pengungsian yang telah menikmati ketenangan
beberapa saat.
Didengar
oleh Ida Brahmana Wayan Petung Gading bahwa rakyat Jimbaran resah, maka
sebagai penanggungjawab wawengkon Jimbaran dan juga sebagai penerima
kedatangan putra I Gusti Agung Maruti beserta rombongannya, berangkatlah
Ida Brahmana Wayan Petung Gading menuju Gel-gel untuk menghadap Raja
Bali, I Dewa Agung Jambe yang merupakan putra dari Dalem Di Made.
Sepanjang perjalanan Ida Brahmana Wayan Petung Gading dari Jimbaran ke
Gel-gel selalu disaksikan pembicaraan masyarakat tentang isu penyerangan
tersebut. Namun amatlah bertentangan isu-isu itu pada masing-masing
daerah, yang pada akhirnya Ida Brahmana Wayan Petung Gading menyimpulkan
bahwa perkembangan situasi mencekam tersebut oleh seluruh rakyat Bali,
hanyalah isu belaka yang tidak jelas sumbernya, sehingga masyarakat Bali
secara keseluruhan menjadi kalut. Bahkan ketika Ida Brahmana Wayan
Petung Gading akan memasuki areal kerajaan Gel-gel-pun persiapan untuk
menghadapi pasukan putra-putra I Gusti Agung Maruti ke Gel-gel telah
dilaksanakan pembuatan lubang-lubang perlindungan.
Setibanya
Ida Brahmana Wayan Petung Gading di Istana Gel-gel dan menghadap Raja
Ida I Dewa Agung Jambe, dengan senyum yang ramah Ida Brahmana Wayan
Petung Gading menyampaikan salam kepada Raja Ida I Dewa Agung Jambe.
Dengan keramahan pula Raja I Dewa Agung Jambe menyambut kedatangan Ida
Brahmana Wayan Petung Gading dan menanyakan keberadaan keluarganya di
Jimbaran. Dijawablah oleh Ida Brahmana Wayan Petung Gading bahwa seluruh
keluarga yang ada di Jimbaran ada dalam keadaan baik.
Juga disampaikan bahwa rombongan pengungsian keluarga putra dari I Gusti Agung Maruti beserta pengikutnya berjumlah ± 1200 orang berada di Jimbaran dan telah membuat pesraman di sana. Menanggapi isu yang berkembang bahwa akan terjadi kembali pertumpahan darah antara laskar Gel-gel dengan laskar putra-putra I Gusti Agung Maruti, Ida Brahmana Wayan Petung Gading memohon agar dibatalkan. Oleh karena jika sampai kembali terjadi peperangan, sudah tentu masyarakat Bali akan habis musnah. Disamping itu, I Gusti Agung Putu Agung, putra dari I Gusti Agung Maruti, melalui Ida Brahmana Wayan Petung Gading menyampaikan permintaan maaf kepada Ida Dalem, Ida I Dewa Agung Jambe.
Juga disampaikan bahwa rombongan pengungsian keluarga putra dari I Gusti Agung Maruti beserta pengikutnya berjumlah ± 1200 orang berada di Jimbaran dan telah membuat pesraman di sana. Menanggapi isu yang berkembang bahwa akan terjadi kembali pertumpahan darah antara laskar Gel-gel dengan laskar putra-putra I Gusti Agung Maruti, Ida Brahmana Wayan Petung Gading memohon agar dibatalkan. Oleh karena jika sampai kembali terjadi peperangan, sudah tentu masyarakat Bali akan habis musnah. Disamping itu, I Gusti Agung Putu Agung, putra dari I Gusti Agung Maruti, melalui Ida Brahmana Wayan Petung Gading menyampaikan permintaan maaf kepada Ida Dalem, Ida I Dewa Agung Jambe.
Mendengar
permintaan bijak seperti itu akhirnya permintaan Ida Brahmana Petung
Gading dikabulkan. Peperangan yang sedianya akan dilaksanakan diputuskan
untuk dibatalkan. Namun dalam pertemuan tersebut ada piteket Dalem yang
disampaikan;
Untuk
Trah Dalem yang ada di Jimbaran, I Gusti Agung Putu Agung dan
adik-adiknya beserta I Gusti Putu Kaler Pacekan, kasametonang rawuh
kawekas, tan dados lipya sinalih tunggil asurud ale ayu. Selanjutnya
Dalem Gel-gel juga nyusurang kewangsannya menjadi Gusti Pesalahan.
Sedangkan trah Bendesa, Pasek, Dangka dan trah lain yang termasuk
pengikut I Gusti Agung Putu Agung ke Jimbaran diberikan tambahan nama
Salahin.
Atas
keputusan Ida I Dewa Agung Jambe itu Ida Brahmana Wayan Petung Gading
kemudian mohon pamit untuk kembali ke Jimbaran dengan keberhasilan
“ngandeg”/meredam peperangan. Menjadikan masyarakat kagum, lega,
bersyukur dan salut atas perjuangannya. Dengan berakhirnya isu
serang-menyerang tersebut, masyarakat Bali menyambut dengan suka cita
untuk kembali dapat menapaki kehidupan baru. Khususnya keluarga trah
Dalem yakni Ida Brahmana Wayan Petung Gading yang kasametonang dengan
keluarga I Gusti Agung Pt Agung, dan mendapat gelar “Pesalahan”.
Dimulailah kembali aktivitas kehidupan dua darah yang dipersaudarakan
oleh adanya Bhisama Raja Bali di Puri yang disebut dengan nama Puri
Pesalahan, kemudian lama kelamaan penyebutannya menjadi Pasalakan.
Semenjak
kedatangan Ida Brahmana Wayan Petung Gading dari Klungkung masyarakat
Jimbaran dapat menikmati kembali ketenangan menjalankan kehidupan dan
terbebas dari rasa takut akan adanya serangan dari pihak pasukan
kerajaan Dalem. I Gusti Agung Pt Agung pun setiap waktu memohon
keselamatan di Pura Ulun Siwi dan Pura Dalem Balangan yang telah ada
waktu itu. Dan atas karuniaNya melalui Pura Ulun Siwi, I Gusti Agung Pt
Agung mendapatkan keselamatan untuk dapat melanjutkan kehidupannya. Oleh
karena telah cukup umur untuk menikah, atas perkenan Ida Brahmana Wayan
Petung Gading, dinikahkanlah putri Ida Brahmana Wayan Petung Gading
yang bernama Ida Ayu Mas Jimbaran dengan I Gusti Agung Pt Agung.
Tidak berselang lama timbul permasalahan antara I Gusti Agung Pt Agung dengan I Gst Pt Kaler Pacekan. Atas kejadian itu I Gusti Agung Pt Agung memutuskan untuk pergi meninggalkan Jimbaran menuju penguasa Badung Pangeran Tegeh Kori. Oleh Pangeran Tegeh Kori diberikan tempat di daerah Lumintang. Dari perkawinannya dengan putri Ida Brahmana Wayan Petung Gading yang bernama Ida Dewa Ayu Mas Jimbaran, lahir seorang putera diberi nama I Gst. Gde Jimbaran. Tak lama tinggal di wilayah Lumintang, Badung, I Gusti Agung Pt Agung meninggalkan anak dan istrinya menuju daerah Kapal untuk membantu Pangeran Kapal. Pangeran Kapal adalah keturunan Pangeran Asak, saudara kandung Pangeran Nyuh Aya yang juga leluhur I Gusti Agung Pt Agung. Beliau memiliki masalah dengan Pangeran Buringkit. Atas bantuan ketangguhan I Gusti Agung Pt Agung maka Pangeran Kapal akhirnya dapat memenangkan peperangan dengan Pangeran Buringkit.
Namun
disisi lain, kekalahan pasukan Pangeran Buringkit, tidak menyurutkan
upayanya meraih kemenangan. Dengan jalan mohon bantuan kepada I Gst Putu
Kaler Pacekan yang saat itu masih tinggal di Jimbaran hal mana memiliki
permasalahan dengan I Gusti Agung Pt Agung, dengan mengandalkan keris
pusaka Ki Sekar Gadung, akhirnya peperangan dapat dimenangkan kembali
oleh Pangeran Buringkit.
Atas
kekalahan ini I Gusti Agung Pt Agung pergi meninggalkan Kapal kembali
ke Jimbaran. Selama beberapa waktu bersemedi di Pura Dalem Balangan
Jimbaran, akhirnya mendapatkan petunjuk untuk bersemedi di Pura Goa
Gong. Dengan melakukan semedi di tempat tersebut I Gusti Agung Pt Agung
mendapatkan sebuah Keris bernama Ki Bintang Kumukus. Dari sini pula
didapatkan petunjuk untuk menuju suatu tempat di daerah timur yang
terlihat seperti embun yang bersinar keemasan. Setelah ditelusuri
ternyata embun bersinar keemasan itu bersumber pada sebuah bebaturan
pelinggih yang berada di alas Gianyar. Di tempat itulah kemudian
dibangun sebuah Pura yang kemudian diberinama Pura Mas Ceti. Sebagai
tempat beristirahat kemudian beliau mendirikan sebuah rumah sederhana
(kuwu). Sejak saat tersebut daerah sekitarnya kemudian diberinama
Kuwumas, selanjutnya disebut Kuramas.
Dengan
tersiarnya kabar I Gusti Agung Pt Agung mendapat panugrahan ini,
kemudian I Gusti Agung Pt Agung kembali menyusun rencana penyerangan
untuk membalas kekalahannya terhadap I Gst Putu Kaler Pacekan. Dengan
pertimbangan yang matang akhirnya diputuskanlah untuk kembali menyerang I
Gst Putu Kaler Pacekan ke Buringkit berbekalkan Keris Ki Bintang Kukus.
Dalam penyerangan tersebut akhirnya I Gst Putu Kaler Pacekan dapat
dikalahkan dan gugur sebagai ksatria di Gunung Pegat. Putra-putranya dan
pengikutnya menyelamatkan diri ke berbagai tempat. Atas kemenangan ini I
Gusti Agung Pt Agung menjadi penguasa wilayah Kapal dan Buringkit dan
menandai bangkitnya kembali trah Arya Kepakisan dalam kancah
perpolitikan di Bali kala itu. Sadar akan kebangkitan itu tidak lepas
dari bantuan secara sekala oleh Ida Brahmana Wayan Petung Gading, secara
niskala adalah berkat dari permohonannya
di Pura Ulun Siwi dan Pura Dalem Balangan, Pura Goa Gong dan Pura Mas
Ceti. Maka untuk selanjutnya kekuasaan di Kapal diserahkan kepada
adiknya I Gst Agung Made Agung dan mengajak tinggal adiknya yang lain I
Gst Ayu Ratih. I Gst. Agung Maruti II dari Kapal kembali menuju
Jimbaran. Sekembalinya
dari kemenangan di Kapal, muncullah niat I Gusti Agung Putu Agung untuk
mengungkapkan rasa syukur dan terimakasihnya kepada sekala dan niskala
yang telah menganugerahi kesempatan hidup dan kemenangan yang
membahagiakan. Sebagai implementasi dari bhisama kasemetonang dengan Ida
Brahmana Wayan Petung Gading, dipugarlah Pura Ulun Siwi tempat beliau
dahulunya selalu mohon keselamatan. Bersama dengan Ida Bhrahmana Wayan
Petung Gading, Gedong Meru Tumpang Solas yang telah ada sebelumnya
dibuat menjadi 2 rong. Satu rong sisi Utara sebagai stana leluhur dari I
Gusti Agung Pt Agung, sedangkan rong sisi selatan sebagai stana leluhur
dari Ida Brahmana Wayan Petung Gading. (I Gusti Agung Pt Agung,
leluhurnya adalah Raja Kediri). Uniknya dibuat menghadap ke Timur
sehingga jika bersembahyang mesti menghadap ke Barat.
Setelah
kegiatan itu I Gusti Agung Pt Agung memutuskan menempatkan Bendesa
Miber yang lebih dikenal dengan sebutan Bendesa Salain untuk tetap
tinggal di Jimbaran. Sedangkan Bendesa Kedeh dan Bendesa Prawangsa
diajak bersama menuju Keramas. Dengan demikian yang masih tinggal di
Puri Pesalakan Jimbaran selain Keturunan Ida Brahmana Wayan Petung
Gading juga keturunan I Gst Miber yakni Bendesa Miber/Bendesa Salain.
Bendesa Salain diserahi tugas untuk merawat merajan yang telah dibangun
di Puri Jimbaran dan pura Ulun Siwi. Juga tidak diperkenankan melupakan
Pura Dalem Balangan.Sumber : http://pratisentanadalempetakjimbaran.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar