Minggu, 02 Agustus 2015

Jele Usahe Dadi Inguh

Slim : Ternyata kita udah 14 kali ketemu berdialog masalah keyakinan.
Kris : Sedikit demi sedikit aku mulai ketahui tentang Hindu. Dulu aku beranggapan bahwa Hindu itu agama yang sudah usang dan kuno. Mulai dari teori Dewa-dewi, Lahir kembali, dls.
Sindu : ha ha ha….kalian bertanya, ya aku berusaha jawab. Kalaupun jawabanku agak sedikit liar dan menyinggung perasaan kalian, aku mohon maaf. Berbicara pada kalian yang beda keyakinan, sangat sulit tidak menyentuh atau membuat sebuah perbandingan. Tapi beruntung aku punya sahabat seperti Slim dan Kris yang mau terbuka bahwa kita memang perlu mempelajari, membandingkan dan membedah masing-masing kitab. Kenapa ? karena kita beragama bukan karena pilihan kita sendiri tapi pilihan orang tua. Di luar negri khususnya di Negara-negara maju, memang ada mata kuliah yang khusus mempelajari agama-agama yang ada.
Kris : Santai aja Ndu,,,,mari kita bertukar pikiran. Oh ya…beberapa hari yang lalu aku sempat lewat di Wilayah Bali bagian Timur. Ada sebuah pura dimana aku lihat ramai sekali dan semua orang berpakaian adat Bali. Karena penasaran, aku mulai mendekat, dan ternyata di dalam pura ada arena judi tajen. Yang Aku mau tanyakan bro, kok bisa di dalam Pura ada judi ? apa memang di bolehkan hal tersebut di agama Hindu ?
Slim : nah,,,,Ndu. Kayaknya yang ini kamu gak bisa ngelak. Kok bisa ditempat suci ada hal semacam itu ?
Sindu : hemmmm….ya itu memang betul bro. Tapi itu oknum
Slim : Giliran gak bisa ngelak, pasti dibilang oknum.
Kris : Hayo Ndu akui saja, kalau diagamamu memang membolehkan judi itu terutama sabung ayam. Ya Kan ? neh,,,neh,,,neh,,,,si Sindu lagi ngelihat langit,,,,tanda-tanda gak bisa jawab,,,,
Sindu : dalam agamau boleh gak judi itu Slim ?
Slim : jelas enggak lah bro,,,,haram,,,seperti Bang Roma katakan “ judi,,,merusak keimanan”..
Sindu : Kalau dalam agamamu boleh gak judi itu Kris ???
Kris : ho ho ho,,,jangan di tanya lagi, jelas itu dilarang.
Sindu : kalau gitu sama dong…dilarang juga.
Kris : tapi itu buktinya ? jelas2 dilakukan di pura…hayoooo..emang aparat desa atau desa adat tidak mengerti agama ? kok dibiarkan ???
Slim : belum lagi kalau odalan dan ngenteg linggih. Pokoknya judi ramai,,,,,,makin ramai judi, julanku makin laris lho,,,, mereka sibuk judi, aku sibuk jualan,,,nanti kalau yang kalah jual mobil atau tanah, biar aku yang beli,,,,ha ha ha ha ,,,,
Sindu : hik,,,hik,,,hik,,,,
Slim : kenapa Ndu kamu sampai nangis ? maaf aku gak bawa tisu,,,
Sindu : begitulah pinter-pinternya orang untuk melakukan pembenaran. Ada banyak sekali aturan-aturan yang tegas melarang judi itu. Baik dari sloka-sloka dan cerita-cerita Itihasa. Tapi orang yang pinter membuat pembenaran, akan selalu mengaburkan kebenaran. Nah ini ada temanku si Lecir datang. Aku mau panggil dulu dia. Hai Cir,,,sini dong duduk bareng kita!!
Lecir : Ya Bli Sindu. Ada apa ?
Sindu : mau kemana Cir ?
Lecir : Mau berangkat ke tajen Bli. Bli mau ikut ?
Sindu : enggak. Cuma nanya aja. Ngomong-ngomong udah berapa lama kamu main judi Cir ? dan berapa banyak hasil yang sudah kamu dapatkan ?
Lecir : udah 5 tahun Bli. Boro-boro dapat hasil Bli, tanah leluhur saya dipinggir laut sudah habis saya jual. Rencana mau jual lagi tanah tempat tinggal saya yang sekarang. Harga murah, soalnya terbelit hutang.
Sindu : kalau sudah terbelit hutang yang besar, kenapa kamu tetap main judi juga ?
Lecir : he he he ,,,,siapa tau ada harapan menang Bli dan bisa dapat modalnya lagi. Kini Istri juga dah mau cerai, anak-anak kini tinggal sama mertua. Begitulah Bli, aku sangat menderita tapi tidak bisa lepas dari judi ini. Hai Slim, apa kamu mau beli tanahku ?
Slim : asal dijual murah, aku beli bro,,,,biar saudaraku gak ngontrak lagi jualan bakso.
Sindu : berarti bener apa yang dikatakan sloka ini : “Penjudi yang telah kalah tiak dihargai oleh siapapun. Ibu mertuanya membencinya, istri pun melarangnya pulang ke rumah, ia bagaikan pengemis yang tidak dikasihani oleh siapapun, bagaikan kuda yang telah tua yang tidak lagi berguna, ia tidak dapat menikmati kehidupan sebagai penjudi lagi ( Rgveda : 10.34.3)”.
Lecir : Betul Bli. Terus terang aku terkadang mencuri ke rumah tetangga agar bisa bertahan hidup. Belum lagi aku hutang sana hutang sini. Karena semuanya sudah habis. Malu juga meminta terus sama ibuku .
Sindu : berarti bener apa yang dikatakan oleh sloka ini : wahai penjudi, ketika kamu pergi kesana kemari untuk berjudi, istri dan ibumu mendapatkan kesengsaraan dan kesedihan. Untuk mencari uang kamu selalu berhutang, mencuri dan memasuki rumah orang lain, sehingga membuat orang tercekam dalam ketakutan, terutama di malam hari. (Rgveda :10.34.10)
Lecir : Betul Bli. Bulan lalu, aku juga digrebek ama polisi dan berada di sel tahanan berhari-hari. Sangat menyakitkan.
Sindu : Betul apa yang dikatakan sloka ini : Perjudian dan pertaruhan supaya benar-benar dikeluarkan dari wilayah Pemerintahan karena kedua hal itu menyebabkan kehancuran negara. (Manawa Dharmasastra.IX.221 )
Kris : ce ce ce ce ce
Slim : ce ce ce ce ce
Sindu : kenapa tiba-tiba ada banyak cicak ?
Lecir : Bli, adakah solusi untuk diriku ?
Sindu : solusinya adalah sloka ini : “Wahai penjudi jangan bermain judi, lebih baik menjadi petani, di sanalah kekayaan berlimpah ruah, disanalah sapi peliharaanmu, disanalah kebahagiaan istrimu,demikian dikatakan oleh Dewa Sivata ( Rgveda10.34.13)”.
Slim : Weeeekkk ternyata di Hindu lengkap ya. Dari ayat larangan judi hingga solusi….
Sindu : Intinya sloka ini Bro ; Jangan bermain judi ( Rgveda 10.34.13)
Lecir : tapi bagaimana cara melepaskan kebiasaan buruk ini ?
Sindu : gini bro caranya. Kamu kan sudah kalah hingga milyaran rupiah. Berarti kamu sedang membuat usaha atau perusahan besar yang bermodalkan milyaran rupiah. Sekarang buatlah pembukuan dengan 2 kolom. Isinya Kolom menang dan kolom kalah. Jika kamu menang, isi angka di kolom tersebut, jika kalah isi juga di kolom kalah. Totalkan selalu setiap terjadi transaksi. Jika kamu bisa melihat angka kalahmu lebih besar, saya kira kamu akan berhenti. Sama seperti punya perusahan yang rugi terus menerus. Sang pemilik perusahan pasti akan menutup perusahan yang merugi itu.
Kris : he he he ,,,bener bro,,pasti gak ada penjudi yang punya pembukuan. Kalau ada, pasti ia cepet nyadar,,,,
Slim : Sin,,kanapa kamu belum jawab kok di Pura bisa ada Judi? kalau gak bisa jawab, lambaikan tanganmu,,,,,disini ada kamera ,,,biar aku jepret dirimu…..
Sindu : itu adalah Tabuh Rah. Tabuh rah adalah taburan darah binatang korban yang dilaksanakan dalam rangkaian upacara agama (yadnya). Dasar-dasar penggunaan Tabuh Rah termuat dalam Lontar Siwatattwapurana dan lontar Yadnyaprakerti. Penaburan darah dilaksanakan dengan menyembelih, "perang satha " (telung perahatan) dilengkapi dengan adu- aduan : kemiri; telur; kelapa; andel- andel; beserta upakaranya. Ritual Tabuh Rah yang sebenarnya adalah melepas 2 ekor ayam jantan yang mempunyai taring di kakinya untuk di adu. Begitu tiga kali ayam itu melakukan benturan "tiga parahatan" (3 sehet), ritual itu sudah selesai. Ayam yang dilepas tidak memakai taji dan taruahan. Arti dari ritual itu adalah; Hidup ini penuh dengan pertarungan. Jangan pernah menyerah sampai titik darah penghabisan. Butuh semangat untuk berjuang dan melawan kelemahan-kelemahan kita. Taring yang tajam pada tanduk ayam bisa diibaratkan pikiran yang cerdas adalah senjata utama untuk mengarungi kehidupan ini. Disamping itu harapannya adalah agar manusia2 yang melaksanakan upacara tersebut memiliki nyali yang besar untuk melawan ketidak benaran dan tidak takut untuk kalah.
Slim : berarti orang2 yang melakukan tajen di Pura atau tempat suci itu sedang memplesetkan ajaran Dharma?
Sindu : ya betul, mereka berusaha melakukan pembenaran atas ketidak benaran. Belum lagi dalih mereka mengadakan judi tajen untuk pembangunan tempat suci. Bagaimana bisa menjadi tempat suci kalau sumber untuk membuat tempat suci itu berasal dari hal-hal yang negative? kenapa tidak sekalian membuat tempat suci sumber dananya dari penjualan narkoba ? Sudah jelas judi dilarang dalam agama Hindu karena bisa merusak generasi muda terutama hancurnya kejujuran dan integritas. Dalam cerita Mahabaratha juga sudah digambarkan bagaimana Panca Pandawa hidupnya hancur dan menderita akibat judi. Serta dalam cerita babad Manik Angkeran yang merupakan putra dari Mpu Sidimantra juga hancur hidupnya akibat judi.
Lecir : Ya Bli. Karena tanahku sudah habis, tidak ada lagi tempat untuk bertani, aku transmigrasi aja.
Sindu : ya itu ide bagus kawan,,,,kalau kamu nantinya sudah berhasil di tanah rantau, jangan lupa beli lagi tanah di Bali ya. Biar tidak dimiliki semua oleh orang asing dan orang dauh tukad.
Slim : wah,,,,wah,,,wah,,,,ternyata Hindu asyik ye,,,,,
Semoga bermanfaat

Sumber :  Robert Kusuma - BANGKITNYA HINDU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar