Kamis, 29 Oktober 2015

Makna Arak Berem dalam persembahyangan Hindu Bali

Dalam banyak kesempatan bagi sahabat semua sering melihat beraneka ragam cara tambahan oleh seseorang dalam melakukan tata cara persembahyangan yang utama. Masing-masing orang memiliki pemahamannya pribadi dalam melaksanakan cara tambahan tersebut yang belum tentu dipahami oleh orang lain. Di...mana cara yang kita lihat sebagai cara tambahan itu pun ada yang ternyata bukanlah cara tambahan tapi itulah yang sesuai menurut sastra, hanya karena kita tidak tahu bukan berarti itu tidak ada dalam ajaran. Sejauh ini memang banyak juga yang melakukannya hanya berdasarkan "Gugon Tuwon" dan "Mula Keto".

Bagi umat Hindu Bali yang belum memiliki kewenangan "Nganteb" banten dengan "Pengastawa" sebagaimana layaknya seorang pemangku, bukan berarti tidak ada cara nganteb yang diperbolehkan. Bagi orang awam atau bahkan bagi orang yang tidak mengenal tulisan tentu saja agak kesulitan untuk ngastawa mempergunakan puja mantra, tetapi bisa dilakukan dengan nyanyian pemujaan seperti kidung wargasari dan lain-lain. Ada juga menggunakan simbol-simbol seperti melakukan "tetabuhan arak-berem".

Kenapa menggunakan Arak dan Berem? Kenapa tidak memakai yang lain? Kadang-kadang memakai simbol ini pun warga Hindu Bali banyak yang belum memahaminya, hanya ikut-ikutan saja. Berikut ini adalah sedikit penjelasan tentang maksud dan makna arak berem sebagai sarana pengastawa ke hadapan Sang Hyang Widhi.

Arak merupakan simbol dari aksara suci "Ah-kara", sedangkan berem adalah simbol dari aksara suci "Ang-kara". Hal ini terkai mantra pengastawa sehubungan dengan "Utpeti", "Stiti", dan "Pralina" dengan menggunakan dasar dari sastra Rwa Bhineda sebagai berikut :

Utpeti (Pengastawa/Ngajum/Puja)

Yang dimaksud dengan Utpeti adalah memohon kehadapan Sang Hyang Widhi agar Beliau berkenan kontak dengan manusia melalui manifestasi Nya sesuai dengan fungsi Nya, untuk menyaksikan persembahan dari pemuja Nya berdasarkan keyakinan dan kekuatan magis dari upacara Bija Mantra seperti "Ang... Ah". Dalam hal ngastawa mempergunakan sarana (simbul) maka kalau metabuh dalam tujuan ngastawa harus mengikuti urutan Berem (Ang) dahulu, kemudian dilanjutkan dengan Arak (Ah).

Stiti (Ngadegang)

Yang dimaksud adalah menstanakan Beliau, dalam imajinasi seolah-olah Beliau telah duduk pada stana Nya, telah siap menerima dan menyaksikan persembahan pemuja Nya.
Maka pada saat inilah kita melakukan persembahyangan kepada Sang Hyang Widhi Wasa beserta seluruh manifestasi Nya.

Pralina (Ngamantukang)

Pengertiannya adalah menghaturkan persembahan untuk memohon agar Beliau berkenan kembali ke Kahyangan (kembali pada keheningan Nya), karena acara persembahyangan pemuja Nya telah selesai. Dalam hal ini mempergunakan sarana maka kalau metabuh dalam tujuan pralina harus mengikuti urutan Arak (Ah) dahulu, kemudian dilanjutkan dengan Berem (Ang).

Begitu juga dalam menghaturkan "Segehan", letakkan segehan di posisi yang seharusnya, kemudian ngastawa (Berem-Arak), lalu "ketis" toyo ening, kemudian "ayab" dan terakhir pralina (Arak-Berem). Sehingga dalam mesegehan pun telah terlaksana Utpeti-Stiti-Pralina.
Jangan lupa dalam mesegehan sesuaikan warna nasi kepelnya dengan arah mata angin (Putih-Timur, Merah-Selatan, Kuning-Barat, Hitam-Utara dan Brumbun (campuran keempat warna)-Tengah).
Begitujuga dalam hal menghaturkan "Canang Sari" agar diperhatikan warna bunga agar sesuai dengan arah mata angin seperti pada segehan di atas, hanya bedanya yang di tengah adalah irisan dari pandan harum.
Jika warna nya ngawur (tidak diatur) berarti pinunas kita adalah ngawur, sehingga tidak salah jika kita dianugrahi sesuatu yang membuat kita selalu ngawur dan akhirnya kehidupan kita pun kacau.

Demikian ulasan singkat tentang makna Arak-Berem untuk dipahami, sehingga tidak lagi berpikir bahwa arak itu untuk minuman Bhuta Kala. Semoga secara bertahap kita bertambah pengetahuan dan pemahaman tentang makna filosofi yang disampaikan setiap banten (sesajian) yang kita haturkan kepada Hyang Widhi menurut ajaran leluhur yang digunakan pedoman Hindu Bali.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar