Jumat, 12 Juni 2015

Surga, Neraka dan Moksa


Surga/sorga itu menyenangkan, konon didalamnya ada puluhan bidadari cantik yang melayani para penghuni pria, surga dihuni oleh satu agama, dan tidak bagi agama yang lainnya. Tidak ada ruang surga bagi agama lain kalaupun ada ruang itu bukanlah surga melainkan neraka. Neraka itu konon mengerikan, disini penghuni akan disiksa, dibakar dll. Itulah gambaran surga/sorga dan neraka yang mungkin semua umat manusia pernah mendengar ceritanya atau melihat tayangan televisi dalam bentuk sinetron, dll. Bagaimana surga dan neraka dalam Hindu?
 
Upanisad juga bicara tentang Sorga dan Neraka. Sorga berasal kata SVAR yang artinya cahaya dan GA (GO dalam bahasa Inggris ) berarti pergi, jadi Sorga (Swarga) berarti pergi ke tempat cahaya. Berikut ini ada salah satu teks mantra yang menjelaskan Sorga:
“Kepada seorang yang melintasi jembatan itu, malam menjadi seperti siang ; karena di dalam dunia-dunia jiwa ada suatu cahaya yang abadi”

Sorga dalam konsep Hindu bukanlah tempat untuk memuaskan keinginan-keinginan atau nafsu-nafsu tubuh atau tempat hiburan dimana manusia (laki-laki) dapat memuaskan nafsu badaninya. Sorga adalah dunia cahaya. Jiwa adalah cahaya. Tubuh yang menjadi sumber nafsu dan penderitaan tidak ada di Sorga.
Neraka digambarkan dengan cara yang sangat menahan diri. Pustaka Suci Hindu tidak mengajarkan kenikmatan dari penderitaan orang lain. Dari hampir 25.000 mantra Veda hanya ada tiga mantra yang menjelaskan tentang Neraka. Dari seluruh Upanisad hanya ada satu teks tentang neraka:
“Ada Dunia-dunia yang dihuni raksasa, wilayah kegelapan yang pekat. Siapapun dalam hidupnya menolak jiwa jatuh dalam kegelapan”

Bandingkan dengan kitab suci agama Semitik. Ada yang secara khusus dan rinci melukiskan ancaman neraka yang sadis dan mengerikan. Dan dalam kitab lain paling sedikit ada 1000 kali ancaman neraka disebutkan. Jadi dalam setiap enam ayat ada satu ancaman neraka, hukuman sangat berat atau siksa yang pedih. Manusia dijadikan bahan bakar bagi api neraka. Setiap badannya yang hangus terbakar, mereka akan diberikan badan baru lagi agar dapat merasakan siksa neraka yang mengerikan itu secara abadi. Yang dimasukan ke neraka adalah orang-orang yang berkeyakinan lain. Ayat-ayat semacam ini menimbulkan keyakinan yang berbahaya bagi dunia. Tindakan kekejaman dan kekerasan yang dilakukan terhadap agama lain hanyalah partisipasi saleh dalam kehendak Tuhan. Keyakinan seperti ini telah mengakibatkan banjir darah dan perang agama yang mengerikan sepanjang sejarah.

Dalam Pustaka suci Hindu, neraka hanya digambarkan sebagai tempat kegelapan, yang dihuni orang-orang yang tidak setia, yang berbuat asubha karma (berbuat jahat), dan para penyihir. Neraka seperti juga halnya sorga, bukan tujuan akhir, bukan tempat yang final dan tertutup. Dari keduanya terdapat pintu dan jalan dari mana jiwa dapat menuju ke tujuan lain, apakah lahir kembali(Reinkarnasi) untuk dapat melanjutkan serta menyempurnakan Evolusi Jiwa hingga sampai mencapai moksa atau dalam istilah Jawa “Manunggaling Kawula Gusti”.

Juga tidak ada ancaman hari kiamat. Alam semesta lahir dari kebahagiaan dan kembali ke dalam kebahagiaan. Penderitaan bukanlah retributif (bersifat menghukum), atau balas dendam, tapi bersifat rekonstruktif, untuk membangun karakter. Seperti tanah liat yang digiling, dibentuk dan dibakar untuk menjadi cangkir porselin yang indah. Moksa adalah Tujuan akhir dari perjalanan jiwa. Ia digambarkan sebagai persatuan Jiwatman dengan Brahman, Seperti sungai-sungai yang mengalir menuju Samudra luas, ia hilang nama dan bentuk , dan yang ada hanya samudra luas.

“Seperti sungai yang mengalir lenyap dalam samudra luas, membuang bentuk dan nama. Demikianlah halnya yang mengetahui dibebaskan dari nama dan bentuk , mencapai Yang maha Suci, lebih tinggi dari yang tertinggi”.

Sumber : paduarsana.com

Tujuan Hidup Manusia Menurut Hindu


Agama Hindu memberikan tempat yang utama terhadap ajaran tentang dasar dan tujuan hidup manusia. Dalam ajaran Agama Hindu ada suatu sloka yang berbunyi: “Moksartham Jagadhita ya ca iti dharmah“, yang berarti bahwa tujuan beragama adalah untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan ketentraman batin (kedamaian abadi). Ajaran tersebut dijabarkan dalam konsep Catur Purusa artha atau catur warga adalah empat dasar dan tujuan hidup manusia.

Dhrama 
Tujuan manusia menurut agama Hindu disebut Catur Purusartha (empat tujuan akhir). Tujuan hidup yang pertama adalah dharma. Sebagaimana telah dijelaskan didepan, dharma berarti agama atau kewajiban. Pertama-tama manusia haruslah menjadi manusia beragama. Beragama berarti hidup bermoral. Hidup bermoral merupakan landasan bagi tujuan tujuan hidup berikutnya.

Artha
Tujuan hidup kedua adalah Artha. Artha artinya materi atau secara sempit disebut uang, secara luas artha diartikan sebagai keberhasilan atau kesuksesan. Untuk hidupnya manusia memerlukan materi. Tanpa materi bagaimana kita menyelenggarakan kehidupan rumah tangga, pendidikan dan kewajiban- kewajiban agama?
Tapi materi atau kesuksesan itu harus dicapai berdasarkan landasan agama dan dipergunakan sesuai dengan moral agama.

Kama
Tujuan hidup yang ketiga adalah Kama. Kama dalam arti sempit dimaksudkan kesenangan karena aktivitas seksual. Aktivitas seksual pertama-tama berfungsi sebagai prokreasi (regenerasi dan penerusan keturunan). Kedua aktivitas seksual berfungsi rekreasi (re=kembali, kreasi=menciptakan), peneguhan (kembali) hubungan cinta kasih antara suami dan isteri. Sekali lagi, kama harus dilandasi oleh dharma. Hubungan seksual itu harus dilakukan dalam kerangka perkawinan yang sah. Dalam arti luas kama juga mencakup kesenangan-kesenangan yang lain, misalnya yang ditimbulkan oleh keindahan dan seni.

Keseimbangan Jiwa dan Raga
Sebagaimana dikatakan dalam bahasan sebelumnya (Atman : Jiwa yang Kekal), manusia terdiri dari dua aspek yang saling melingkupi, yaitu badan dan jiwa. Masing-masing aspek ini, memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu. Artha dan kama (lebih) merupakan tujuan dari raga dan badan kita. Sedangkan dharma dan moksha merupakan tujuan dari jiwa kita.
Jadi kebutuhan raga dan jiwa kita harus dipenuhi secara seimbang. Agama Hindu sama sekali tidak mengajarkan pemeluknya untuk mengabaikan dunia. Tapi agama Hindu juga tidak mengajarkan kita hanya memikirkan dunia. Tujuan kita yang tertinggi yaitu moksha dicapai melalui perjalanan kita dalam kehidupan didunia ini. Jadi dapat dikatakan ketiga tujuan di atas, yaitu dharma, artha dan kama, merupakan tangga bagi tujuan hidup yang terakhir yaitu moksha. Bagaimana kita memperoleh ketiga tujuan ini, bagaimana kita mempergunakan artha dan kama akan menentukan apakah kita akan mencapai tujuan tertinggi itu atau tidak.

Surga adalah Persinggahan Sementara.
Dalam agama Hindu surga merupakan persinggahan sementara. Menurut Swami Dayananda Saraswati, surga adalah pengalaman liburan. Seperti seorang pergi ke Hawai atau ke Bali untuk bersenang-senang sebentar membelanjakan uangnya dan kemudian kembali ke rumahnya.
Bagavad Gita mengatakan :
“Setelah menikmati surga yang luas, mereka kembali kedunia ini sesuai ajaran kitab suci. Demi kenikmatan mereka datang dan pergi”.
Surga adalah kesenangan sementara (pleasure). Sedangkan kebahagiaan yang sejati (Joy atau happiness) adalah Moksha.

Sumber : paduarsana.com