Senin, 04 Mei 2015

Hari Raya Pagerwesi

Hari Raya Pagerwesi jatuh setiap Rabu Kliwon wuku Sinta. Hari ini dirayakan untuk memuliakan Ida Sanghyang Widhi Wasa dengan manifestasinya sebagai Sanghyang Pramesti Guru (Tuhan sebagai guru alam semesta). Hari ini dirayakan mengandung filosofis sebagai simbol keteguhan iman, Pagerwesi berasal dari kata Pager yang berarti pagar atau pelindung, dan Wesi yang berarti besi. Pagar Besi ini memiliki makna suatu sikap keteguhan dari iman dan ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia, sebab tanpa ilmu pengetahuan kehidupan manusia akan mengalami kegelapan (Awidya), dalam lontar sundari gama ada disebutkan:
"Budha Kliwon Shinta Ngaran Pagerwesi payogan Sang Hyang Pramesti Guru kairing ring watek Dewata Nawa Sanga ngawerdhiaken sarwa tumitah sarwatumuwuh ring bhuana kabeh."

Artinya:

Rabu Kliwon Shinta disebut Pagerwesi sebagai pemujaan Sang Hyang Pramesti Guru yang diiringi oleh Dewata Nawa Sanga (sembilan dewa) untuk mengembangkan segala yang lahir dan segala yang tumbuh di seluruh dunia.

Pelaksanaan upacara/upakara Pagerwesi sesungguhnya titik beratnya pada para pendeta atau rohaniawan pemimpin agama. Dalam lontar Sundarigama disebutkan:

Sang Purohita ngarga apasang lingga sapakramaning ngarcana paduka Prameswara. Tengahiwengi yoga samadhi ana labaan ring Sang Panca 0Maha Bhuta, sewarna anut urip gelarakena ring natar sanggah.

Artinya:

Sang Pendeta hendaknya ngarga dan mapasang lingga sebagaimana layaknya memuja Sang Hyang Prameswara (Pramesti Guru). Tengah malam melakukan yoga samadhi, ada labaan (persembahan) untuk Sang Panca Maha Bhuta, segehan (terbuat dari nasi) lima warna menurut uripnya dan disampaikan di halaman sanggah (tempat persembahyangan).
Bagi umat yang telah mendalami yoga semadhi, ini adalah hari yang sangat baik untuk melakukan Meditasi atau perenungan terhadap yang maha Kuasa (Siwa), yang paling penting dalam pelaksanaannya adalah melakukan meditasi pada tengah malam. Sebelum melaksanakannya dapat dilakukan mono brata (tidak bersuara/berbicara), melatih konsentrasi pikiran dengan membaca kitab suci terutama yang berisikan mantra-mantra yang mengandung kekuatan gaib, selain itu dilakukan puasa memutih sampai tengah malam. Sambil membaca dalam hati (mono brata) konsentrasikan pikiran hanya pada bacaan / mantra yang ingin diresapi dan setelah tengah malam renungilah apapun yang dipahami tadi kemudian meditasikan...
Hari raya ini diperingati dengan cara melakukan persembahyangan mulai dari Sanggah/Merajan (tempat bersembahyang dilingkungan rumah tangga) hingga ke Pura lainnya dilingkungan desa maupun Pura Kahyangan Jagat lainnya.

Minggu, 03 Mei 2015

Soma Ribek

Hari Soma Pon Sinta, disebut hari raya Soma Ribek. Menurut Sundari Gama (Sinar Agama) pada hari ini Sanghyang Tri Murti Mrtha beryoga, dengan pulu / lumbung (tempat beras dan tempat padi) selaku tempatnya.

Pada hari tersebut umat Hindu di Bali disarankan memusatkan perhatian kepada rasa syukur atas keberadaan pangan. Secara fisik dicerminkan dengan melaksanakan tindakan-tindakan khusus terhadap padi dan beras, misalnya: tak boleh menumbuk padi, menggiling beras dan sebagainya. Mengadakan widhi widana seperti lazimnya, dipersembahkan pada tempat- tempat penyimpanan beras dan padi, sebagai makanan pokok.

Boleh dikatakan, hari ini adalah Hari Pangan bagi umat Hindu. Pada saat- saat itu kita diminta ngastiti Sang Hyang Tri Pramana yaitu: Cri, Sadhana dan Saraswati. Terutama hendaklah kita mengisap sarining tattwa adnjana yaitu memetik sari-sari ajaran-ajaran kebenaran / ketuhanan.